LDII Merangin dan Tokoh FKUB Bahas Harmoni Antaragama: ‘NKRI Harga Mati’ Jelang Ramadan 1446 H

Merangin (22/2). Menutup rangkaian safari pra-Ramadan 1446 H, Ketua DPD LDII Merangin, Sofyan, bersama Sekretaris DPD LDII Merangin Sobani, Kepala Sekolah Ponpes Miftahul Huda Mentawak Ustadz Wiji Handoyo, S.Pd., serta Tim Jurnalistik LDII Merangin (Oetomo Sanjaya, S.Kom. dan Ichsan Wikal), mengunjungi kediaman Wakil Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Merangin, Drs. Trisno Saksono. Audiensi yang digelar di Desa Mentawak, Kecamatan Nalo Tantan, Sabtu (22/2), ini mengusung tema penguatan kerukunan antarumat beragama.

Sofyan menekankan pentingnya kecepatan dan pendekatan kekeluargaan dalam menyikapi isu sensitif SARA. “Kerukunan antarumat beragama ibarat kaca: mudah retak jika tak dijaga. Jika tidak ditangani dengan cepat dan dialogis, dampaknya bisa mengancam keutuhan NKRI, khususnya di Merangin,” tegasnya.

Drs. Trisno Saksono, tokoh agama non-Muslim yang dikenal aktif menjaga harmoni sosial, menyambut baik inisiatif LDII. “Perbedaan bukan penghalang, melainkan kekuatan NKRI. Keberagaman ini harga mati!” ujarnya tegas. Ia juga mengapresiasi komitmen LDII sebagai ormas Islam yang mengedepankan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. “LDII membuktikan bahwa Islam rahmatan lil alamin bukan sekadar slogan,” tambah Trisno. 

Dalam dialog hangat tersebut, kedua pihak sepakat memperkuat komunikasi berkelanjutan antarorganisasi keagamaan. “Kami siap menjadi jembatan dialog. LDII bukan hanya untuk Muslim, tapi untuk seluruh elemen bangsa,” pungkas Sofyan.

Audiensi ditutup dengan pertukaran gagasan konstruktif, termasuk masukan dari Trisno untuk program kerukunan LDII ke depan.

Kunjungan ini menjadi penanda bahwa kerukunan tidak lahir dari keseragaman, melainkan dari keberanian berdialog dalam perbedaan. Di tengah tantangan isu SARA yang kian kompleks, kolaborasi LDII Merangin dan FKUB membuktikan bahwa semangat Bhinneka Tunggal Ika masih mengakar kuat. Menjelang Ramadan, momentum ini diharapkan menjadi pemicu gerakan bersama: merajut kebersamaan sebagai sesama anak bangsa, bukan sekadar menghormati toleransi. Sebab, NKRI tidak butuh simbol, tapi aksi nyata.(Oetomo/kimdpw).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *