Ketum LDII Ajak Jadikan Tahun Baru Islam Momen Refleksi untuk Tingkatkan Moralitas Bangsa

Jakarta (27/6) – Tahun Baru Islam 1 Muharram diperingati sebagai momentum bersejarah peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini menjadi penanda awal kalender Hijriah, yang ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab berdasarkan usulan Ali bin Abi Thalib.

Kalender Hijriah, yang berbasis peredaran bulan, digunakan untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Islam seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Berbeda dengan kalender Masehi yang mengacu pada peredaran matahari, sistem penanggalan ini memiliki makna mendalam bagi umat Muslim.

“Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan titik balik perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam dengan dukungan masyarakat Madinah yang lebih terorganisir,” ujar Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso.

Menurutnya, nilai hijrah relevan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bagi Indonesia. Kepemimpinan nasional saat ini, kata dia, terus berupaya membawa bangsa ini menuju kemajuan.

“Dakwah Islam bertujuan mewujudkan keadilan, selaras dengan sila Pancasila dan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan berkeadilan sosial,” tegas KH Chriswanto.

Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk konsisten menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa besar yang sejajar dengan negara maju.

“Momentum Tahun Baru Islam ini harus menjadi refleksi bersama, terutama bagi para pemimpin dan umat Islam, untuk memperbaiki moralitas bangsa. Sudah terlalu banyak kerugian negara akibat praktik KKN dan sikap individualistis,” ungkapnya.

KH Chriswanto menekankan bahwa bangsa Indonesia memiliki fondasi moral yang kuat, seperti gotong royong dan semangat kebersamaan. Namun, ia mengingatkan agar tidak terjebak dalam individualisme yang mengabaikan kepentingan bersama.

“Sejarah telah membuktikan, ketika kita lupa akan nilai-nilai luhur bangsa, kita justru terpuruk dalam ketidakadilan. Mari ikuti jejak hijrah Nabi, meninggalkan kebodohan menuju masyarakat yang beradab dan mandiri,” pesannya.

Ia menegaskan, dengan semangat hijrah, Indonesia harus bangkit dari ketertinggalan dan tidak boleh menjadi objek penjajahan ekonomi bangsa lain. “Kita harus mandiri, bersatu, dan terus berbenah demi kemajuan bersama,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *