Jakarta (17/4). DPP LDII mendukung pemerintah dalam penentuan awal bulan Hijriah melalui pelaksanaan rukyatul hilal, atau pengamatan bulan sabit pertama. Total ada 101 tim yang aktif melakukan pemantauan hilal sejak tim rukyatul hilal di LDII dibentuk pada tahun 2014.
Salah satu tim yang terlibat aktif adalah Tim Rukyatul Hilal DPW LDII Provinsi Jambi, yang dipimpin langsung oleh Rahmat Nuruddin, S.Kom., Ketua DPW LDII Provinsi Jambi. Mereka bergabung dan belajar dengan Tim Rukyatul Hilal Kemenag Provinsi Jambi (di bawah Kabid Urais) dalam pengamatan hilal pada 29 Maret 2025 di Rooftop Hotel Odua Weston Jambi.
“Kita banyak belajar dari Tim Rukyatul Hilal Kemenag tentang pemantauan hilal yang benar,” ujar Rahmat. “Hasil dari pemantauan menunjukkan posisi hilal berada 2° di bawah ufuk, sehingga belum memenuhi kriteria bulan baru. Kemudian, ijtima’ ulama memutuskan untuk mengistikmalkan bulan Ramadan menjadi 30 hari,” tambahnya.
Hal ini sejalan dengan penjelasan Ust. Wilnan Fatahilah, anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII, yang juga salah satu anggota Tim Rukyatul Hilal DPP LDII. Ia menyampaikan bahwa LDII memiliki 88 titik pemantauan untuk awal Ramadan 1446 H dan 91 titik untuk 1 Syawal 1446 H di seluruh Indonesia.
Wilnan menegaskan bahwa tantangan utama dalam rukyatul hilal adalah kondisi cuaca. “Meski secara astronomi ketinggian hilal memenuhi syarat visibilitas, mendung, berawan, atau hujan kerap menjadi hambatan,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, LDII membentuk tim solid dan terlatih, dengan lebih dari 450 personel dari DPP, DPW, dan DPD LDII di berbagai kota/kabupaten. Mereka telah dibekali pelatihan sejak 2014, bekerja sama dengan Kemenag, Planetarium, Lajnah Falakiyah NU (LFNU), serta pakar astronomi seperti Ust. Cecep Nurwendaya (Kemenag) dan Ust. Hendro Setiyanto (LFNU).
Selain itu, beberapa DPW LDII—seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara—telah menyelenggarakan pelatihan hisab mandiri dengan narasumber dari Kanwil Kemenag dan LFNU. Materi yang diajarkan meliputi kriteria hisab-rukyat, pengukuran arah kiblat, penentuan waktu salat, hingga analisis citra hilal menggunakan perangkat lunak.
LDII juga aktif berkolaborasi dengan BMKG, Kemenag, dan LFNU untuk memperkuat validitas hasil pengamatan. “Kolaborasi ini memperkaya diskusi ilmiah di lapangan,” ungkap Wilnan.
Tak hanya saat Ramadan atau Syawal, tim rukyat LDII rutin melakukan pengamatan setiap awal bulan Hijriah untuk mengasah keterampilan dan adaptasi di lapangan. “Ini menjadi bagian dari komitmen kami dalam mendukung ketepatan penanggalan Islam,” tutup Wilnan.
Note:
– Ijtima’ ulama: Kesepakatan para ulama berdasarkan hasil pemantauan.
– Istikmal: Menyempurnakan bulan menjadi 30 hari jika hilal tidak terlihat.
– Mabims: Menteri Agama Brunei-Indonesia-Malaysia-Singapura (standar kriteria visibilitas hilal).