Dari Desa ke Pasar Modal Rasa: Kisah Pemuda LDII Betara Sulap Es “Monggo” Jadi Mesin Sedekah

Kuala Tungkal (12/5). Sebuah gerobak es doger pink Surabaya di Simpang Pahlawan, Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menjadi pusat perhatian warga sejak akhir pekan lalu. Di balik usaha bernama “Monggo” ini, terselip kisah inspiratif Tri MT (Ardi), pemuda LDII Desa Lubuk Telentang, Betara, yang bertekad membangun kemandirian ekonomi sekaligus membuka pintu sedekah melalui bisnis kuliner.

Ardi, putra sulung salah satu Warga LDII Kuala Tungkal, Syafawi, memulai usahanya dengan modal nekat dan 3 pesanan minimal antar.

“Saya ingin buktikan, pemuda desa bisa mandiri tanpa harus merantau. Profit Monggo akan jadi sumber dana ibadah dan pemberdayaan pemuda,” tegasnya saat ditemui di gerobaknya yang buka pukul 09.30–18.00 WIB.

Dengan mengolah resep turun-temurun dan sentuhan topping kekinian, Ardi menyasar segmen remaja hingga keluarga. “Ini bukan sekadar jualan, tapi juga media silaturahmi,” tambahnya sambil menunjukkan es buah padat isi yang dijualnya.

Tanpa disadari, respons warga luar biasa mengalir padanya, sebut saja Kahar, pelanggan setempat, berkomentar: “Semoga Allah beri kelancaran! Laris manis untuk bekal ibadah haji Ardi”.

Sementara itu, Ghosali, tokoh pemuda Betara, melihat ini sebagai terobosan, menurutnya jiwa interpreneur harus ditanamkan pada setiap pemuda, sehingga stigma kerja harus keluar daerah bisa dialihkan menjadi wirausaha yang membangun daerah tempat tinggalnya.

“Monggo buktikan desa punya potensi wirausaha kreatif berbasis lokal, Ardi membuktikan kerja tidak harus keluar daerah,” tegasnya.

Ardi berbagi kunci suksesnya: “Jangan takut memulai usaha, kami pun mulai dari 3 pcs pesanan antar. Konsistensi dan kepercayaan pelanggan adalah modal terbesar,” pungkasnya.

Di balik segarnya es buah Monggo, tersimpan semangat hijrah ekonomi pemuda desa. Ardi bukan hanya menjual rasa, tapi juga menawarkan sebuah paradigma baru: bahwa berwirausaha bisa menjadi jihad ekonomi sekaligus pintu sedekah. Kini, gerobak sederhananya tak lagi sekadar tempat jualan, melainkan simbol harapan bagi generasi muda LDII untuk berani menciptakan lapangan kerja sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *