Bukan Hanya Sekolah, LDII Sebut Pondok Pesantren sebagai “Pabrik” Generasi Sukses Dunia-Akhirat

Muaro Jambi (1/12). Guna menguatkan ketakwaan dan memantapkan peran keluarga dalam pembinaan generasi muda, Ancaman dunia digital terhadap iman dan akhlak generasi muda disebut telah mencapai tahap darurat. Menyikapi hal itu, dua ustaz muda LDII secara terbuka menyerukan aksi penyelamatan dengan pengawasan ekstra ketat orang tua dan alternatif menempatkan anak di pondok pesantren.

Seruan tersebut berlangsung di Masjid Al Manshurin, Desa Mingkung Jaya, pada Senin (1/12) malam itu, menghadirkan dua ustaz muda dari Pondok Pesantren Tawakkal Jambi, yakni M. Rama Martin dan Ilman Napian, sebagai pemateri.

Acara yang dihadiri oleh Dewan Penasihat PC LDII Sungai Gelam, H. Wawan Hermanto, beserta puluhan warga setempat ini, bertujuan untuk meningkatkan kesemangatan beribadah sekaligus memberikan perspektif praktis dalam mendidik generasi penerus (Generus) di tengah tantangan era digital.

Dalam tausiyahnya, Ustaz M. Rama Martin membuka dengan mengingatkan hakikat penciptaan manusia. Ia mengutip Surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang menegaskan bahwa jin dan manusia diciptakan semata untuk beribadah kepada-Nya.

“Marilah kita bersyukur diberi hidayah Allah sehingga kita bisa hidup menjadi manusia yang hakiki, sesuai tujuan Allah menciptakan manusia yaitu untuk beribadah. Dengan hidayah Allah, hidup kita menjadi terarah, tertata, dan tidak terjerumus dalam fitnah dunia,” terang Ustaz muda itu.

Fokus utama paparannya adalah pengawasan terhadap anak-anak di dunia digital. Ia mengajak orang tua untuk lebih peduli terhadap anaknya dalam berselancar di dunia maya, jangan sampai lepas pengawasan.

“Awasi anak-anak kita dalam bermain gawai, awasi dalam media sosial. Semua interaksi mereka di dunia maya akan memengaruhi pola hidup, tingkah laku, cara bicara, dan pergaulannya. Jangan sampai lepas dari pengawasan,” tegas pria yang kerap disapa Rama.

Sebagai solusi konkret, ia menganjurkan pentingnya menempatkan anak di pondok pesantren sembari bersekolah. Menurutnya, lingkungan pesantren memberikan rasa aman, nyaman, dan tenang karena selalu dibimbing guru yang alim serta pergaulannya terkontrol. “Di pondok, ketertiban ibadahnya, khususnya salat lima waktu, terkontrol. Hidup menjadi terencana, tertib, dan terjadwal. Mereka juga terhindar dari pengaruh buruk di luar, sehingga sukses ilmu dunia dan akhiratnya dapat diraih,” jelasnya.

Untuk memperkuat keimanan di zaman penuh godaan, Ustaz Rama memberikan tips sederhana, yakni dengan gemar mengaji, senang mendengarkan nasihat, serta selektif memilih pergaulan (bergaul dengan orang-orang saleh).

Tausiyah kemudian dilanjutkan oleh Ustaz Ilman Napian, yang menekankan pentingnya senantiasa bersyukur. Menurutnya, setiap muslim hendaknya selalu bersyukur, sebab dalam kehidupan sehari-hari hati kita bisa membenarkan pada perkara yang benar dan menganggap salah pada perkara batil.

“Kita patut bersyukur karena masih diberikan hati yang dapat membedakan kebenaran dan kebatilan, serta dimudahkan dalam beribadah dan mencari ilmu agama,” ujarnya.

Ia mengingatkan jamaah untuk aktif menjaga hidayah yang telah diterima. Ia kemudian memaparkan empat kategori manusia dalam kaitannya dengan hidayah atau keimanan, menggarisbawahi bahwa keberuntungan sejati adalah mengakhiri hidup dalam keadaan iman.

“Menjaga hidayah itu dengan memperbanyak bersyukur, mengagungkan, mempersungguh, dan memperbanyak doa agar Allah senantiasa menetapkan hidayahnya hingga khusnul khatimah,” pesan Ilman.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para peserta. H. Wawan Hermanto, selaku Dewan Penasihat, menyatakan bahwa tausiyah semacam ini sangat diperlukan untuk menyegarkan kembali pemahaman keagamaan warga dan menyamakan visi dalam membina generasi muda.

“Pemaparan dari kedua ustaz muda ini sangat relevan dengan kondisi kita sekarang, di mana tantangan terhadap akidah dan akhlak anak-anak sangat besar, terutama dari dunia maya,” ucapnya.

Melalui kegiatan ini, diharapkan terbangun kesadaran kolektif keluarga dan orang tua warga LDII Sungai Gelam untuk lebih proaktif dalam mengawal pertumbuhan spiritual dan sosial anak-anak, menjadikan mereka generasi penerus yang kokoh iman, berakhlak mulia, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *