Kota Jambi (9/7). Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPW LDII Provinsi Jambi, Erwin Susalit, S.H., dan Biro Hubungan Antar Lembaga, Ali Mustofa, S.H., mengikuti forum strategis Rembuk Merah Putih yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Keduanya merupakan Dewan Guru di Ponpes Tawakkal Jambi yang didelegasikan untuk menghadiri kegiatan di Gedung Pola Gubernur Jambi. Kegiatan tersebut fokus pada penguatan literasi kebangsaan dan deradikalisasi melalui pendekatan edukatif.
Forum yang digelar Rabu (9/7/2025) ini menghadirkan pakar deradikalisasi H. Solehuddin, M.Pd., yang memaparkan modus radikalisme dalam merekrut anggota. “Kelompok teroris sering membenturkan hukum Islam dengan hukum nasional. Mereka mengutip ayat Al-Qur’an secara parsial, seperti Surah Al-Ma’idah Ayat 44, tanpa konteks komprehensif,” tegasnya.
Solehuddin menegaskan pentingnya pemahaman kontekstual: “Ayat tentang hukum Allah harus dipahami sebagai prinsip keadilan, bukan alat menghakimi sistem hukum negara.” Ia mengutip QS. Thaha: 43-44 sebagai panduan dakwah: “Berbicaralah dengan kata-kata lemah lembut” kepada siapapun, termasuk otoritas seperti Firaun.
Narasumber kedua, Firman Satria, M.Pd., ahli komunikasi media, menekankan peran strategis pendidik dalam kontra-narasi radikal. “Guru harus aktif menyebarkan konten positif melalui feature jurnalistik yang akurat. Literasi media adalah senjata ampuh melawan disinformasi,” ujarnya seraya mengajak prinsip saring sebelum sharing.
Partisipasi aktif guru Ponpes Tawakkal menunjukkan komitmen lembaga pendidikan agama dalam membangun ketahanan ideologi. “Keikutsertaan kami wujud nyata pembinaan santri yang moderat, cinta tanah air, dan penjaga NKRI,” tandas Ali Mustofa mewakili delegasi pesantren.
Rembuk Merah Putih bukan sekadar forum diskusi, melainkan groundbreaking movement yang menyatukan kekuatan negara, agamawan, dan pendidik dalam merajut imunitas bangsa. Ketika guru-guru pesantren menjadi garda terdepan literasi kontekstual, dan BNPT membuka ruang dialog progresif, lahirlah benteng ideologi yang tak tergoyahkan: generasi yang religius tanpa radikal, kritis tanpa kekerasan, dan mengakar pada khittah Pancasila. Kolaborasi inilah senjata pamungkas memutus mata rantai radikalisme di tanah air.